BAGIAN II.
Kurang lebih sebulan
yang lalu, tepatnya tanggal 29 November 2022, saya melakukan perjalanan darat
dari Denpasar ke Cilegon Banten. Tujuan perjalanan tersebut adalah untuk
menengok kondisi anak yang sedang kuliah di Teknik Metalurgi Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa (Untirta) Cilegon Banten.
Saya berniat
untuk memindahkan tempat kos anak, yang saya rasa masih terasa mahal. Karena,
kini saya harus membayar biaya kos bulanan dobel, yaitu kos anak saya di
Cilegon dan kos saya bersama istri di Denpasar Bali.
Dengan
memindahkan tempat kos anak yang lebih murah dari sekarang, maka pengeluaran
bulanan saya bisa ditekan seminimal mungkin. Saya memang tidak bekerja jadi
karyawan lagi sejak 6 tahun lalu. Karena alasan tekanan kerja yang tinggi, gaji
dan tunjangan yang tidak sesuai dengan harapan sejak awal bekerja, serta saya
ingin berkarir dalam dunia “content creator”. Maka, saya memilih bekerja secara
“freelance”.
Pekerjaan yang
dilakukan secara mandiri tersebut sungguh mendulang pundi-pundi sebelum pandemi
Covid-19. Namun, kondisi sungguh berbeda
360 derajat selama pandemi tersebut. Bahkan, kondisi keuangan saya hingga
mengalami titik terbawah setelah mengalami kasus penipuan dalam proses lamaran
kerja. Saya pernah mengulasnya di blog tercinta ini. Semoga ada pelajaran
terbaik di masa mendatang. Dan, Allah SWT menggantikan yang lebih baik.
Misi perjalanan
saya ke Cilegon juga akan diisi dengan menyempatkan diri mampir di rumah orang
tua di Brebes Jawa Tengah. Sungguh, orang tua terutama bapak selalu membuat
saya kangen. Bukan karena kondisi bapak yang makin kritis. Tetapi, penyambutan
bapak sewaktu masih sehat yang membuat saya kangen.
Bapak selalu
memperlakukan saya seperti saya waktu kecil. Selalu memanjakan saya dengan
kuliner kesukaan saya. Meski, kuliner tersebut seringkali “ngutang” dulu sama saudara.
Senyumnya yang manis membuat saya teringat selalu, meski orangnya galak dan
tegas. Duh, bapak.
NEMBAK ONGKOS BUS DAN KA AIRLANGGA
Karena, kondisi
keuangan yang pas-pasan, maka saya mengambil rencana alternatif terbaik untuk
menekan pengeluaran seminimal mungkin. Dan, waktu yang dibutuhkan selama 4 hari.
Adapun, ittinerary normalnya sebagai berikut:
1. Tanggal 29 November
2022: berangkat dari Denpasar ke Surabaya dengan
bus.
2. Tanggal 30 November
2022: berangkat dari Surabaya ke Jakarta
dengan KA Airlangga.
3. Tanggal 1 Desember 2022:
berangkat dari Brebes ke Jakarta dengan KA Airlangga.
4. Tanggal 2 Desember 2022:
berangkat dari Jakarta ke Cilegon dengan KRL dan kereta lokal Merak.
Tetapi, rencana
perjalanan di atas sepertinya berubah. Karena, saya harus mampir dulu kurang
lebih 2 hari di Brebes. Oleh sebab itu, durasi perjalanan pun makin lebih dari
4 hari yang saya rencanakan.
Sekitar pukul 10
pagi tanggal 29 November 2022, saya harus naik angkutan Teman Bus ala Transjakarta-nya Bali. Saya naik Teman Bus dari kawasan Jalan Imam Bonjol Denpasar menuju Seberang
Ex. Supermarket Hardys Tabanan Bali. Biaya yang harus dikeluarkan per orang sebesar
Rp3.500,- (bayar dua orang bersama istri). Angkutan Teman Bus meski bayar pakai uang digital atau e-money. Makin mudah dan tidak ribet. Kurang lebih 1 jam perjalanan,
saya sampai di Tabanan Bali.
Di Tabanan Bali
bukan datang ke terminal atau agen bus perjalanan. Tetapi, saya berniat mau
NEMBAK ONGKOS bus jurusan Denpasar-Surabaya. Seperti tulisan saya di Bagian I,
ongkos resmi bus jurusan Denpasar-Surabaya kekira Rp250 ribu.
Alhamdulillah,
setelah 1 jam menunggu, bus jurusan Denpasar – Madura pun lewat. Saya berusaha
untuk menyetopnya. Gayung bersambut,
bus tersebut berhenti. Langkah selanjutnya, saya nego harga dengan kondektur
sebelum kami naik. Deal yang alot,
akhirnya kesepakatan harga Rp120 ribu membawa saya dan istri ke Surabaya. Kami
pun mendapatkan fasilitas layaknya penumpang dengan tiket resmi. Kursi empuk
yang dapat disetel, kue, makan malam di rumah makan kawasan Situbondo Jawa Timur
dan musik dangdut sepanjang perjalanan.
Sampai Terminal
Bungurasih Surabaya pukul 04.00 WIB keesokan harinya. Kondisi yang masih gelap
sekali, bahkan belum waktu sholat shubuh. Sebenarnya, tujuan saya selanjutnya
adalah menuju Stasiun Pasar Turi. Dengan menggunakan moda kereta api ekonomi KA
Airlangga jurusan Stasiun Pasar Turi Surabaya menuju Stasiun Pasar Senen dengan
ongkos Rp104 ribu.
Tiket kereta api
untuk 2 orang tersebut sudah saya pesan lewat aplikasi Shopee 3 hari sebelumnya,
ketika saya menginap di kawasan Amed Karangasem Bali. Tiket untuk keberangkatan
tanggal 30 November 2022 pukul 12.30 WIB dari Stasiun Pasar Turi Surabaya.
Namun, saya
tidak membeli tiket kereta api jurusan Stasiun Pasar Turi – Stasiun Pasar Senen
Jakarta. Tetapi, saya membeli tiket kereta api jurusan Stasiun Pasar Turi –
Stasiun Tanjung dengan ongkos sama per orangnya Rp104 ribu. Saya juga memesan 2
tiket KA Airlangga di aplikasi Shopee untuk jurusan Stasiun Tanjung menuju Stasiun
Pasar Senen dengan keberangkatan tanggal 2 Desember 2022 pukul 20.15 WIB. Saya
sengaja mampir ke rumah orang tua terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk
silaturahmi menengok kondisi keluarga dan kesehatan bapak yang makin kritis.
Berhubung tidak
ada angkutan di pagi buta menuju Stasiun Pasar Turi, maka saya mesti tidur
sambil duduk di ruang tunggu WC umum kawasan terminal. Saya menunggu waktu
shubuh tiba dan mulai beroperasinya angkutan Damri P5 jurusan Terminal
Bungurasih – Jembatan Merah, yang melewati jalan ke arah Stasiun Pasar Turi.
Sekitar pukul
06.15 WIB pagi tanggal 30 November 2022, bis Damri yang saya tumpangi
berangkat. Dengan ongkos Rp10 ribu per orang, saya turun di kawasan Pusat
Grosir Surabaya (PGS), setelah menempuh perjalanan kekira 45 menit. Saya meski
berjalan dulu dengan beban tas “carrier” yang bikin badan bermandikan keringat.
Kekira 300 meter perjalanan, saya sudah sampai di stasiun. Dan, harus menunggu
kekira 3 jam hingga jadwal kereta KA Airlangga berangkat.
Sekedar masukan
buat pembaca, bahwa perjalanan KA Airlangga membutuhkan waktu kekira 12 jam
hingga tujuan akhir Stasiun Pasar Senen Jakarta. Maka, perlu bekal makan dan
minum yang cukup. Saya biasa membeli 3 botol besar air mineral, 2 bungkus nasi
bungkus untuk makan di perjalanan dan beberapa kue atau cemilan.
Jika, anda
mempunyai uang cukup tidak menjadi masalah. Karena, makanan dan minuman selalu
tersedia di kereta api. Tetapi, sebagai informasi, harga makanan dan minuman
yang ada di dalam kereta api membuat isi kantong saya meronta-ronta.
Sebagai contoh,
satu bungkus nasi yang menurut saya seperti nasi Jinggo dengan lauk ayam
dibanderol dengan harga Rp26 ribu. Minuman teh atau kopi ukuran botol “small”
dibanderol dengan harga Rp10 ribu. Saya yakin harga tersebut tidak masalah bagi
anda. Tetapi, bagi saya belum siap membayarnya waktu itu. Mendingan, saya
sedekahkan buat masjid.
Percayalah,
kondisi KA Airlangga yang saya tumpangi sangat nyaman. AC yang dingin dan
kondisi toilet yang bersih. Hanya tempat duduk atau kursi yang membuat sangat
“tidak nyaman” untuk perjalanan berjam-jam. Mengapa? Karena, kaki kita tidak
bisa selonjor atau lurus. Percayalah, kaki kita meski menekuk selama berjam-jam
yang menyebabkan sedikit kram otot. Sungguh menyiksa. Tetapi, mau gimana lagi,
namanya juga KA ekonomi dengan harga murah dan merakyat.
Berhubung saya
membeli tiket kereta api tidak langsung ke Jakarta. Maka, sesuai jadwal, kereta
api akan berhenti di Stasiun Tanjung Brebes pukul 20.15 WIB. Ketika, kereta api
sampai di terminal yang dituju, adik ipar dan saudara jauh telah menunggu di
halaman stasiun dengan 2 sepeda motor. Hanya membutuhkan waktu kekira 20 menit
atau 7 km, kami sampai di rumah. Setelah melewati ganasnya jalan Pantura atau
jalan Dendels dengan hilir mudik para monster, truk gandeng dan truk tronton.
Sebuah kawasan jalan raya yang makin padat. Pikiran saya melayang jauh, ketika saya hilir mudik dengan sepeda untuk bersekolah di SMP. Jalan raya Daendels ini menjadi tempat lalu lalang saya selama 3 tahun. Sungguh, berbeda 360 derajat dibandingkan dengan 30 tahun lalu.
Dulu, samping kanan dan kiri jalan masih diselimuti dengan persawahan yang jauh membentang hingga menembus pemandangan pepohonan bagai tiada bertepi. Kini, jalan raya tersebut telah dipenuhi dengan bangunan rumah pribadi, pusat bisnis dan rumah sakit. Inilah kondisi saat teknologi semakin menjulang tinggi.