Anak Tanpa Bimbel, Bisakah Meraih Prestasi Brilian?
Salah
satu bimbel profesional (Sumber: shutterstock)
Orang tua selalu berharap agar anaknya mampu menorah prestasi di
sekolahnya. Apapun dilakukan demi mensukseskan anaknya dalam belajar, termasuk
memasukan anaknya dalam kegiatan Bimbel (Bimbingan Belajar).
Dalam tulisan kali ini, saya tidak bermaksud mendiskreditkan lembaga
Bimbel atau memberi cap jelek ke pihak manapun. Saya bermaksud memberikan atau berbagi
pengalaman nyata tentang diri pribadi. Bahwa, tanpa mengikuti bimbel, anak bisa
mengukir prestasi di sekolahnya.
Saya masih teringat, ketika saya duduk di SMA kekira 28 tahun lalu.
Percaya atau tidak, saya sekolah di SMA Negeri 1 Tegal yang merupakan sekolah
favorit di kota tersebut. Menarik, kekira 90% teman-teman saya mengikuti
Bimbel, baik lembaga bimbel profesional maupun private (pribadi).
Saya heran banget, teman-teman tahu dan paham semua mata pelajaran
jurusan Fisika yang ada, sebelum mata pelajaran tersebut diajarkan guru di
sekolah. Usut punya usut, teman-teman tersebut mengikuti Bimbel demi
mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Bimbel Fiskima (Fisika, Kimia dan
Matematika) yang sangat legend saat
itu.
Bagaimana dengan saya? Jangankan untuk mengikuti bimbel. Lha wong, buat makan saja saya harus puasa
senin-kamis. Ketika, teman-teman jajan di kantin, saya justru mengisi waktu
istirahat tersebut ke mushola sekolah untuk sholat dhuha. Rutinitas tersebut
hingga lulus sekolah. Percaya
atau tidak, saya tidak pernah sekalipun merasakan apa itu bimbel, baik di lembaga
profesional maupun private.
Kini, lucunya, apa yang saya alami persis dialami oleh anak saya. Bukan
saya tidak mau memasukan anak saya ke bimbel, tetapi dana yang digunakan untuk
membayar bimbel benar-benar tidak ada. Jadi, saya tidak pernah bermimpi untuk
memasukan anak ke bimbel.
Bagaimana dengan prestasi belajar? Saat SD negeri, sebagian teman-teman
anak saya memasukan anaknya ke bimbel, baik bimbel profesional atau bimbel guru
pribadi. Hasil ujian terakhir justru anak saya menduduki peringkat pertama dan
tanpa bimbel sekalipun.
Ketika duduk di SMP negeri, kondisi sama waktu SD. Anak saya tidak ikut
bimbel sekalipun, baik bimbel profesional maupun private. Alhasil, nilai anak saya melampaui teman-temannya. Bahkan,
anak saya bisa masuk di SMA Negeri 4 Denpasar, yang notabene sekolah favorit di
pulau Bali.
Yang menarik adalah saat duduk di SMA. Sungguh, saya merasa khawatir
dengan daya tangkap anak terhadap mata pelajaran. Saya takut apa yang saya
alami pada diri saya 28 tahun lalu, terjadi pada anak saya.
Ketika, semua teman-temannya mengikuti les bimbel profesional dengan
tujuan mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favoritnya. Sementara, anak saya
tidak ikut bimbel sama sekali. Tidak ada uang sepeser pun untuk membayar
bimbel. Sungguh, jauh panggang dari api untuk bisa memasukan anak ke bimbel. Uang
SPP saja nunggak hingga 2 tahun.
“Mas,
tidak usah mikirin masalah SPP. Belajarlah yang rajin seperti biasanya” kalimat penenang pada anak, agar ia lebih fokus untuk
belajar.
Uniknya, ia justru tidak pernah terlihat belajar selama duduk SMA. Hingga
detik ini, saya tidak melihatnya belajar serius buka-buka buku hingga
berjam-jam seperti anak yang lain.
“Pa,
tidak perlu maksa dia untuk belajar. Mungkin, dia sudah paham apa yang
diajarkan di sekolah”
kata istri kepada saya.
Saya melihat anak saya benar-benar santai. Entah, mungkin dia serius
belajar waktu di sekolah, saya pun tidak tahu. Tetapi, sebagai orang tua, saya
selalu mengajarkan anak untuk membuka buku setiap hari. Pelajari kembali
pelajaran yang pernah diajarkan guru di sekolah.
Lebih kaget, nilai rapor SMA justru berada di kisaran angka sembilan koma
sekian. Dan, waktu mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri, dia TIDAK
MASUK BIMBEL APAPUN. Sementara, teman-temannya mengikuti bimbel profesional.
“Terima
syukur, gak diterima ya sudah” kalimat pasrah yang terucap dari anak saya, setelah mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi.
Bagaimana tidak pasrah, ketika anak-anak lain berkutat dengan buku dan
rumus-rumus di bimbel, anak saya justru tiduran santai di malam menjelang ujian.
Gokil pisan!
Sekarang, anak saya sedang menikmati waktunya untuk menyelesaikan
studinya di Teknik Metalurgi sebuah universitas negeri di Serang Banten. Bikin
terharu, IPK yang selama dia jalani di bangku kuliah berada di atas 3,7. Padahal,
ketika masuk kuliah penuh drama, karena kondisi keuangan kami yang mengalami paceklik.
Anak saya telah membuktikan bahwa tanpa mengikuti Bimbel bisa mendulang prestasi. Kuncinya adalah ia serius mendengar, mengamati dan mengulang kembali pelajaran apa yang diajarkan guru di sekolah. Karena, kami tidak mampu membayar bimbel.
Selamat belajar buat kalian.
Post a Comment for "Anak Tanpa Bimbel, Bisakah Meraih Prestasi Brilian? "